Jumat, 03 Mei 2019

konservasi arsitektur kawasan kota tua jakarta

BAB 3
GAMBARAN KAWASAN TERPILIH

Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi. Kawasan kota tua jakarta banyak menarik minat pengunjung wisatawan karena bangunan dan tatanan letak wilayah yang menjadi bagian dari sejarah kota Batavia atau Jakarta.

Sebagai permukiman penting, pusat kota, dan pusat perdagangan di Asia sejak abad ke-16, Oud Batavia merupakan rumah bagi beberapa situs dan bangunan bersejarah di Jakarta diantaranya situs bersejarah yang terdapat di dekat Kawasan Kota Tua Jakarta adalah
·       Gedung Arsip Nasional
·       Gedung Chandranaya
·       Vihara Jin De Yuan (Vihara Dharma Bhakti)
·       Petak Sembilan
·       Pecinan Glodok dan Pinangsia
·       Gereja Sion
·       Tugu Jam Kota Tua Jakarta
·       Stasiun Jakarta Kota
·       Museum Bank Mandiri
·       Museum Bank Indonesia
·       Standard-Chartered Bank
·       Kota's Pub
·       VG Pub Kota
·       Toko Merah
·       Cafe Batavia
·       Museum Sejarah Jakarta atau Museum Fatahillah (bekas Balai Kota Batavia)
·       Museum Seni Rupa dan Keramik (bekas Pengadilan Batavia)
·       Lapangan Fatahillah
·       Replika Sumur Batavia
·       Museum Wayang
·       Kali Besar (Grootegracht)
·       Hotel Former
·       Nieuws van de Dag
·       Gedung Dasaad Musin
·       Jembatan Kota Intan
·       Galangan VOC
·       Menara Syahbandar
·       Museum Bahari
Saat ini, banyak bangunan dan arsitektur bersejarah yang memburuk kondisinya[3] seperti: Museum Sejarah Jakarta (bekas Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal VOC), Museum Bahari, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Museum Bank Indonesia.
Tetapi, masih ada usaha perbaikan Kota Tua, khususnya dari berbagai organisasi nirlaba, institusi swasta, dan pemerintah kota[4] yang telah bekerja sama untuk mengembalikan warisan Kota Tua Jakarta. Tahun 2007, beberapa jalan di sekitar Lapangan Fatahillah seperti Jalan Pintu Besar dan Jalan Pos Kota, ditutup sebagai tahap pertama perbaikan.



kota Tua merupakan landmark bagi Kota Jakarta dengan pesona wisata sejarah yang mengagumkan. Tak hanya keindahan bangunan dan arsitektur yang didapat, pengunjung juga bisa menambah pengetahuan tentang sejarah. Wisata Kota Tua sangat tepat bagi para penikmat sejarah atau yang suka menelusuri jejak historis dan juga para pecinta fotografi. Tak hanya wisatawan dalam negeri, para turis yang datang ke Jakarta kerap menjejakkan kakinya di tempat wisata Kota Tua. Wajah Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia secara perlahan bertransformasi sebagai salah satu destinasi favorit bagi para wisatawan. Berikut merupakan lima landmarkterkenal di Kota Tua Jakarta yang selalu menjadi tujuan utama pengunjung wisata koa tua : (Rinaldy, 2016)





Perjalanan menelusuri Kota Tua Batavia dapat diawali dari Museum Bank Indonesia, yang terletak di depan stasiun Kota (Beos). Museum ini pada awalnya merupakan kantor De Javasche Bank dengan arsitektur Neo Klasik, arsitektur yang lazim untuk bangunan di abad 18-19. Bangunan ini juga pernah beralih fungsi menjadi sebuah rumah sakit. Museum Bank Indonesia ini kini merupakan museum terbaik di Indonesia, dengan konsep multimedia yang menjadi acuan museum-museum lainnya.

Museum fatahilah adalah salah satu banguna yang memiliki minat pengunjung terbanyak sebuah bangunan yang dibangun pada abad 18 sebagai Stadhuis atau Balai Kota dengan mencontoh arsitektur bangunan Istana Dam yang ada di kota Amsterdam.


Terdapat bangunan lainnya yang memiliki aliran aliran neo klasik di antaranya adalah kantor pos indonesia yang berada di delat museum fatahilah

Dan beberapa bangunan lain yang memiliki aliran arstektur serupa




Jadi dapat dilihat bahwasannya bangunan yang terdapat di kawasan kota tua jakarta menggunakan  warna putih sebagai warna utama  bangunan dan juga masih mempertahankan bentuk atap limas pada beberapa bangunan, bukaan yang maksimal serta besarnya kolom yang terdapat pada bangunan merupakan ciri khas aliran arsitektur tersebut



Bab 4
Usulan pelestarian
Menurut Budhiman (2014), revitalisasi Kota Tua Jakarta sesungguhnya sudah dimulai sejak tahun 1970 sebagai tindak lanjut diterbitkannya SK Gubernur Cd.3/1/ 1970 Tentang Pernyataan Daerah Taman Fatahillah Sebagai Daerah Dibawah Pemugaran. Pelaksanaan fisik revitalisasinya baru bisa dikerjakan pada tahun 1973 karena membutuhkan pengkajian dan sosialisasi.
Pekerjaan fisik dalam revitalisasi tahun 1973 yang cukup signifikan adalah mengubah Terminal Bus menjadi Taman Fatahillah, mengubah Markas KODIM menjadi sebuah Meseum besar, normalisasi sungai Kalibesar, dan peningkatan sarana dan prasarana. Yang cukup menarik adalah diselenggarakannnya ekskavasi arkeologi untuk meneliti keberadaan air mancur sebelum dibuat replikanya. Sayang pada saat itu tidak dilakukan penelitian arkeologi secara menyeluruh pada areal Taman Fatahillah.
Hasil revitalisasi tahun 1973 hanya bisa dinikmati oleh publik pada sepuluh tahun pertama. Waktu selebihnya terjadi penurunan kualitas lingkungan akibat banyaknya volume kendaraan yang lewat,yang bukan menuju Kota Tua. Minat orang ke Kota Tua tidak sebanyak sebelumnya terbukti dari kurangnya pengunjung museum yang ada disitu.
Kondisi lingkungan Kota Tua menurun semakin berlarut. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak tinggal diam. Segera melakukan revitalisasi jilid kedua yang dicanangkan pada akhir tahun 2005. Sedangkan pelaksaan revitalisasi fisiknya baru kerjakan pada tahun 2006. Lingkup pekerjaan hampir sama dengan revitalisasi tahun 1973. Fungsi Taman Fatahillah diubah menjadi semacam Plaza dengan menghilangkan batas-batas jalan mobil. Jalan Mobil diubah menjadi pedestrian dengan mengganti permukaan aspalnya dengan batu andesit. Tujuannya adalah menciptakan kenyamanan para pengunjung. Hasilnya cukup mencengangkan. Plaza ini banyak dikunjungi, setiap harinya hampir 1500-2000 pengunjung hingga malam.
Menurut pengamatan penulis pelestarian bangunan tidak hanya terdapat pada bangunan museum semata di karenakan banyaknya aktifitas penunjang yang terjadi di kawasan kota tua tersebut seperti adanya tempat berjualan di sirkulasi pengunjung, sebaiknya pemerintah juga mewadahi tempat berjualan tersebut dengan menempatkan pedagang pada suatu site yang masih termasuk dalam kawasan kota tua jakarta atau yang berhubungan langsung dengan sirkulasi utama yang di lewati oleh pengunjung kawasan kota tua jakarta. 

Rabu, 03 April 2019

konservasi arsitektur kawasan kota tua jakarta


Ilham Chaidir 4tb03 23315271
BAB 1
Kawasan  Kota Tua  Jakarta
Pendahuluan
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait dengan bidang tersebut. Berbicara tentang pariwisata di dalamnya tercakup berbagai upaya pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik wisata serta berbagai kegiatan dan jenis usaha pariwisata.
Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank Indonesia. Dahulu kala Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam kegiatan perdagangan internasional. Sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial.
Sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota di Indonesia bahkan dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan banyak informasi berharga tentang sejarah kota. Karena cakupannya yang luas, Kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki beberapa objek wisata menarik yang wajib dikunjungi demi mengenal sejarah , terdapat beberapa tempat destinasi di kawasan kota tua diantaranya
·       Museum fatahilah
·       Museum bank indonesia
·       Toko merah
·       Stasiun kota jakarta
·       Museum seni rupa dan keramik
Pada awalnya, Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Kota Jakarta yang saat itu dikenal dengan nama Batavia menjadi kawasan pusat perdagangan dari maupun keluar negeri lewat jalur pelayaran.

                                                                     BAB 2
Sejarah
Kota Tua Jakarta terletak diantara dua kotamadya yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Utara, tepatnya di Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari. Posisinya yang strategis membuatnya mudah disinggahi kala itu. Bahkan berbagai kerajaan turut memperebutkan kekuasaan di kawasan ini. Berikut ini adalah ulasan mengenai sejarah Kota Tua Jakarta dari masa ke masa. Kota Tua Jakarta adalah nama dari sebuah gedung yang tepatnya berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kotamadya Jakarta Barat. Letak gedung ini berbatasan dengan beberapa tempat strategis diantaranya :
·       Sebelah utara, berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa
·       Sebelah Timur, berbatasan dengan Kali Ciliwung
·       Sebelah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut
·       Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu
Lokasi Kota Tua yang strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama. Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu banyak hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.
Sejarah Kota Tua berawal pada abad ke 15 tepatnya tahun 1526 saat Fatahillah melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Hindu Pajajaran. Penyerangan tersebut terjadi tepat di Pelabuhan Sunda Kelapa atas perintah dari Kesultanan Demak. Wilayah ini  memiliki luas 15 ha, dengan tata ruang mengadopsi kebudayaan Jawa. Selanjutnya, wilayah ini diberi nama Jayakarta, bahkan diklaim menjadi cikal bakal kota terbesar di Indonesia ini.
1.     Tahun 1635 kota Batavia mengalami perluasan hingga ke bagian barat dari sungai Ciliwung. Dengan arsitektur bergaya Belanda dilengkapi dengan Benteng Kasteel khas Batavia, kanal dan dinding kota, Batavia semakin memukau saat itu
2.     Abad ke 16 tepat pada tahun 1619, menjadi target VOC dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 1620 Jayakarta resmi berganti nama menjadi Batavia. Nama tersebut diberikan guna menghormati leluhur bangsa Belanda yang bernama Batavieren. Kota Batavia berpusat di sebelah timur Sungai Cilwung yang saat ini dikenal dengan Lapangan Fatahillah. Batavia memiliki penduduk lokalnya yang sampai sekarang masih eksis yaitu suku Betawi, yang dulunya disebuut sebagai Batavianen. Betawi berasal dari berbagai etnis khususnya etnis kreol yang menghuni pemukiman Batavia kala itu.
3.     Pada awalnya maksud kedatangan para saudagar ini adalah menukar rempah-rempah, namun ternyata berubah menjadi pengalihan kekuasaan saat hubungan kurang baik terjadi antara Belanda dengan Jayawikarta.
4.     Kemenangan Demak yang kemudian mengubah nama menjadi Jayakarta kemudian memasuki ranah baru yaitu menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Dibawah kekuasaan Kasultanan Banten Jayakarta menjadi kota tujuan para saudagar dari Belanda khususnya yang berada dibawah pimpinan Cournelis de Houtman.
5.     Pada awalnya lokasi ini dikenal sebagai dermaga Sunda dengan letaknya yang sangat strategis serta makmur. Apalagi di dermaga ini merupakan tempat yang sangat tepat untuk penjualan rempah-rempah khas Sunda yang memang masyarakatnya bekerja sebagai petani rempah. Pada abad ke 14 pelabuhan ini dianggap sebagai pelabuhan penting bagi beberapa kerajaan di nusantara. Bahkan terdengar bahwa bangsa Portugis ingin menguasai wilayah ini, hingga hal tersebut didengar oleh Kerajaan Demak yang mengirimkan Fatahillah mencegah kekuasaan Portugis saat itu.
6.     Pada Tahun 1650, kota Batavia dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh VOC dan mengalami lagi perluasan menuju selatan setelah munculnya wabah tropis akibat sanitasi yang buruk.
7.     Pada tahun 1870 perluasan tersebut memaksa sebagian warganya keluar dari kota kecil tersebut dan berpindah ke kawasan Weltevreden yang saat ini dikenal dengan lapangan Merdeka. Pada tahun ini pula Batavia menjadi kawasan pusat pemerintahan Hindia Timur Belanda.
8.     Tahun 1942 dibawah kepemimpinan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta hingga saat ini dan dijadikan sebagai ibu kota Indonesia.
9.     Kota Tua Jakarta resmi dijadikan sebagai situs warisan pada dekrit yang dikeluarkan Gubernur Jakarta pada masa itu Ali Sadikin. Dengan adanya keputusan tersebut maka bangunan serta arsitektur dari Kota Tua Jakarta wajib dipertahankan.