Rabu, 03 April 2019

konservasi arsitektur kawasan kota tua jakarta


Ilham Chaidir 4tb03 23315271
BAB 1
Kawasan  Kota Tua  Jakarta
Pendahuluan
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait dengan bidang tersebut. Berbicara tentang pariwisata di dalamnya tercakup berbagai upaya pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik wisata serta berbagai kegiatan dan jenis usaha pariwisata.
Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank Indonesia. Dahulu kala Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam kegiatan perdagangan internasional. Sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial.
Sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota di Indonesia bahkan dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan banyak informasi berharga tentang sejarah kota. Karena cakupannya yang luas, Kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki beberapa objek wisata menarik yang wajib dikunjungi demi mengenal sejarah , terdapat beberapa tempat destinasi di kawasan kota tua diantaranya
·       Museum fatahilah
·       Museum bank indonesia
·       Toko merah
·       Stasiun kota jakarta
·       Museum seni rupa dan keramik
Pada awalnya, Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Kota Jakarta yang saat itu dikenal dengan nama Batavia menjadi kawasan pusat perdagangan dari maupun keluar negeri lewat jalur pelayaran.

                                                                     BAB 2
Sejarah
Kota Tua Jakarta terletak diantara dua kotamadya yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Utara, tepatnya di Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari. Posisinya yang strategis membuatnya mudah disinggahi kala itu. Bahkan berbagai kerajaan turut memperebutkan kekuasaan di kawasan ini. Berikut ini adalah ulasan mengenai sejarah Kota Tua Jakarta dari masa ke masa. Kota Tua Jakarta adalah nama dari sebuah gedung yang tepatnya berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kotamadya Jakarta Barat. Letak gedung ini berbatasan dengan beberapa tempat strategis diantaranya :
·       Sebelah utara, berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Laut Jawa
·       Sebelah Timur, berbatasan dengan Kali Ciliwung
·       Sebelah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut
·       Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu
Lokasi Kota Tua yang strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama. Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu banyak hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.
Sejarah Kota Tua berawal pada abad ke 15 tepatnya tahun 1526 saat Fatahillah melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Hindu Pajajaran. Penyerangan tersebut terjadi tepat di Pelabuhan Sunda Kelapa atas perintah dari Kesultanan Demak. Wilayah ini  memiliki luas 15 ha, dengan tata ruang mengadopsi kebudayaan Jawa. Selanjutnya, wilayah ini diberi nama Jayakarta, bahkan diklaim menjadi cikal bakal kota terbesar di Indonesia ini.
1.     Tahun 1635 kota Batavia mengalami perluasan hingga ke bagian barat dari sungai Ciliwung. Dengan arsitektur bergaya Belanda dilengkapi dengan Benteng Kasteel khas Batavia, kanal dan dinding kota, Batavia semakin memukau saat itu
2.     Abad ke 16 tepat pada tahun 1619, menjadi target VOC dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 1620 Jayakarta resmi berganti nama menjadi Batavia. Nama tersebut diberikan guna menghormati leluhur bangsa Belanda yang bernama Batavieren. Kota Batavia berpusat di sebelah timur Sungai Cilwung yang saat ini dikenal dengan Lapangan Fatahillah. Batavia memiliki penduduk lokalnya yang sampai sekarang masih eksis yaitu suku Betawi, yang dulunya disebuut sebagai Batavianen. Betawi berasal dari berbagai etnis khususnya etnis kreol yang menghuni pemukiman Batavia kala itu.
3.     Pada awalnya maksud kedatangan para saudagar ini adalah menukar rempah-rempah, namun ternyata berubah menjadi pengalihan kekuasaan saat hubungan kurang baik terjadi antara Belanda dengan Jayawikarta.
4.     Kemenangan Demak yang kemudian mengubah nama menjadi Jayakarta kemudian memasuki ranah baru yaitu menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Dibawah kekuasaan Kasultanan Banten Jayakarta menjadi kota tujuan para saudagar dari Belanda khususnya yang berada dibawah pimpinan Cournelis de Houtman.
5.     Pada awalnya lokasi ini dikenal sebagai dermaga Sunda dengan letaknya yang sangat strategis serta makmur. Apalagi di dermaga ini merupakan tempat yang sangat tepat untuk penjualan rempah-rempah khas Sunda yang memang masyarakatnya bekerja sebagai petani rempah. Pada abad ke 14 pelabuhan ini dianggap sebagai pelabuhan penting bagi beberapa kerajaan di nusantara. Bahkan terdengar bahwa bangsa Portugis ingin menguasai wilayah ini, hingga hal tersebut didengar oleh Kerajaan Demak yang mengirimkan Fatahillah mencegah kekuasaan Portugis saat itu.
6.     Pada Tahun 1650, kota Batavia dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh VOC dan mengalami lagi perluasan menuju selatan setelah munculnya wabah tropis akibat sanitasi yang buruk.
7.     Pada tahun 1870 perluasan tersebut memaksa sebagian warganya keluar dari kota kecil tersebut dan berpindah ke kawasan Weltevreden yang saat ini dikenal dengan lapangan Merdeka. Pada tahun ini pula Batavia menjadi kawasan pusat pemerintahan Hindia Timur Belanda.
8.     Tahun 1942 dibawah kepemimpinan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta hingga saat ini dan dijadikan sebagai ibu kota Indonesia.
9.     Kota Tua Jakarta resmi dijadikan sebagai situs warisan pada dekrit yang dikeluarkan Gubernur Jakarta pada masa itu Ali Sadikin. Dengan adanya keputusan tersebut maka bangunan serta arsitektur dari Kota Tua Jakarta wajib dipertahankan.