Ilham Chaidir 4tb03 23315271
BAB 1
Kawasan Kota
Tua Jakarta
Pendahuluan
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang
terkait dengan bidang tersebut. Berbicara tentang pariwisata di dalamnya
tercakup berbagai upaya pemberdayaan, usaha pariwisata, objek dan daya tarik
wisata serta berbagai kegiatan dan jenis usaha pariwisata.
Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan.
Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai
dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank Indonesia. Dahulu kala Pelabuhan
Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk
kegiatan jual beli dalam kegiatan perdagangan internasional. Sedangkan kawasan
sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat
pemerintahan kolonial.
Sama seperti kawasan kota lama di beberapa kota di
Indonesia bahkan dunia, Kota Tua Jakarta ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata
bersejarah dengan mengubah fungsi bangunan lama menjadi museum yang menyimpan
banyak informasi berharga tentang sejarah kota. Karena cakupannya yang luas,
Kawasan Kota Tua Jakarta ini memiliki beberapa objek wisata menarik yang wajib
dikunjungi demi mengenal sejarah , terdapat beberapa tempat destinasi di
kawasan kota tua diantaranya
·
Museum fatahilah
·
Museum bank indonesia
·
Toko merah
·
Stasiun kota jakarta
·
Museum seni rupa dan
keramik
Pada awalnya, Kota Tua merupakan kawasan yang dibangun
kolonial Belanda sebagai pusat perdagangan di Asia. Kota Jakarta yang saat itu
dikenal dengan nama Batavia menjadi kawasan pusat perdagangan dari maupun
keluar negeri lewat jalur pelayaran.
BAB 2
Sejarah
Kota
Tua Jakarta terletak diantara dua kotamadya yaitu Jakarta Barat dan Jakarta
Utara, tepatnya di Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari. Posisinya yang
strategis membuatnya mudah disinggahi kala itu. Bahkan berbagai kerajaan turut
memperebutkan kekuasaan di kawasan ini. Berikut ini adalah ulasan mengenai
sejarah Kota Tua Jakarta dari masa ke masa. Kota Tua Jakarta adalah nama dari
sebuah gedung yang tepatnya berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari,
Kotamadya Jakarta Barat. Letak gedung ini berbatasan dengan beberapa tempat
strategis diantaranya :
· Sebelah utara, berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa
dan Laut Jawa
· Sebelah Timur, berbatasan dengan Kali Ciliwung
· Sebelah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut
· Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu
Lokasi
Kota Tua yang strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan
wilayah. Mulai dari Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan
Banten, VOC, hingga Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta
dikenal pula dengan sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama.
Seperti yang kita ketahui bahwa Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota
Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya
sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini
merupakan pusat perdagangan yang sangat strategis di Asia, apalagi begitu
banyak hasil yang melimpah di tempat ini. Wajar saja, banyak pemimpin yang
tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah ini.
Sejarah
Kota Tua berawal pada abad ke 15 tepatnya tahun 1526 saat Fatahillah melakukan
penyerangan terhadap Kerajaan Hindu Pajajaran. Penyerangan tersebut terjadi
tepat di Pelabuhan Sunda Kelapa atas perintah dari Kesultanan Demak. Wilayah
ini memiliki luas 15 ha, dengan tata
ruang mengadopsi kebudayaan Jawa. Selanjutnya, wilayah ini diberi nama Jayakarta,
bahkan diklaim menjadi cikal bakal kota terbesar di Indonesia ini.
1. Tahun 1635 kota Batavia mengalami perluasan hingga ke
bagian barat dari sungai Ciliwung. Dengan arsitektur bergaya Belanda dilengkapi
dengan Benteng Kasteel khas Batavia, kanal dan dinding kota, Batavia semakin
memukau saat itu
2. Abad ke 16 tepat pada tahun 1619, menjadi target VOC
dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Beberapa waktu kemudian tepatnya pada
tahun 1620 Jayakarta resmi berganti nama menjadi Batavia. Nama tersebut
diberikan guna menghormati leluhur bangsa Belanda yang bernama Batavieren. Kota
Batavia berpusat di sebelah timur Sungai Cilwung yang saat ini dikenal dengan
Lapangan Fatahillah. Batavia memiliki penduduk lokalnya yang sampai sekarang
masih eksis yaitu suku Betawi, yang dulunya disebuut sebagai Batavianen. Betawi
berasal dari berbagai etnis khususnya etnis kreol yang menghuni pemukiman
Batavia kala itu.
3. Pada awalnya maksud kedatangan para saudagar ini adalah
menukar rempah-rempah, namun ternyata berubah menjadi pengalihan kekuasaan saat
hubungan kurang baik terjadi antara Belanda dengan Jayawikarta.
4. Kemenangan Demak yang kemudian mengubah nama menjadi Jayakarta
kemudian memasuki ranah baru yaitu menjadi bagian dari Kesultanan Banten.
Dibawah kekuasaan Kasultanan Banten Jayakarta menjadi kota tujuan para saudagar
dari Belanda khususnya yang berada dibawah pimpinan Cournelis de Houtman.
5. Pada awalnya lokasi ini dikenal sebagai dermaga Sunda
dengan letaknya yang sangat strategis serta makmur. Apalagi di dermaga ini
merupakan tempat yang sangat tepat untuk penjualan rempah-rempah khas Sunda
yang memang masyarakatnya bekerja sebagai petani rempah. Pada abad ke 14
pelabuhan ini dianggap sebagai pelabuhan penting bagi beberapa kerajaan di
nusantara. Bahkan terdengar bahwa bangsa Portugis ingin menguasai wilayah ini,
hingga hal tersebut didengar oleh Kerajaan Demak yang mengirimkan Fatahillah
mencegah kekuasaan Portugis saat itu.
6. Pada Tahun 1650, kota Batavia dijadikan sebagai pusat
pemerintahan oleh VOC dan mengalami lagi perluasan menuju selatan setelah
munculnya wabah tropis akibat sanitasi yang buruk.
7. Pada tahun 1870 perluasan tersebut memaksa sebagian
warganya keluar dari kota kecil tersebut dan berpindah ke kawasan Weltevreden
yang saat ini dikenal dengan lapangan Merdeka. Pada tahun ini pula Batavia
menjadi kawasan pusat pemerintahan Hindia Timur Belanda.
8. Tahun 1942 dibawah kepemimpinan Jepang, Batavia berganti
nama menjadi Jakarta hingga saat ini dan dijadikan sebagai ibu kota Indonesia.
9. Kota Tua Jakarta resmi dijadikan sebagai situs warisan
pada dekrit yang dikeluarkan Gubernur Jakarta pada masa itu Ali Sadikin. Dengan
adanya keputusan tersebut maka bangunan serta arsitektur dari Kota Tua Jakarta
wajib dipertahankan.