Rabu, 07 November 2018

Kritik arsitektur Museum Tsunami Aceh


Kritik arsitektur Museum Tsunami Aceh



 Sejarah dan desain

Museum Tsunami Aceh adalah sebuah museum di Banda Aceh yang dirancang sebagai monumen simbolis untuk bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 sekaligus pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat jika  tsunami terjadi lagi
Museum Tsunami Aceh dirancang oleh arsitek asal Bandung, Jawa Barat, Ridwan Kamil. Museum ini merupakan sebuah struktur empat lantai dengan luas 2.500 m² yang dinding lengkungnya ditutupi relief geometris. Di dalamnya, pengunjung masuk melalui lorong sempit dan gelap di antara dua dinding air yang tinggi  untuk menciptakan kembali suasana dan kepanikan saat tsunami. Dinding museum dihiasi gambar orang-orang menari Saman, sebuah makna simbolis terhadap kekuatan, disiplin, dan kepercayaan religius suku Aceh, Dari atas atapnya membentuk gelombang laut. Lantai dasarnya dirancang mirip rumah panggung tradisional Aceh yang selamat dari terjangan tsunami. jika dilihat dari atas bangunan ini menggambarkan gelombang laut yang telah meluluhlantakkan Aceh. Namun jika diperhatikan dengan seksama, dari samping bangunan museum ini justru menggambarkan sesuatu yang berbeda. Bangunan ini jika dilihat dari samping menyerupai kapal penyelamat dengan geladak yang luas.

Bangunan ini memperingati para korban, yang namanya dicantumkan di dinding salah satu ruang terdalam museum, dan warga masyarakat yang selamat dari bencana ini.




Kritik
Pada bangunan museum tsunami pengunjung yang datang diberikan visual seolah-olah sedang berada di dalam sebuah bencana tsunami , pada hal ini banyak pengnjung yang dbuat kagum dengan adanya teknoligi tersebut namun juga ada yang merasa takut untuk memasuki bangunan tersebut karena orang-orang yang dibuat takut akan teringat kembali bagaimana ketika tsunami tersebut membuat mereka trauma.
Bangunan sebagai simbolis daerah banda aceh, merupakan satu hal yang di terapkan pada bangunan museum tsunami namun seharusnya bangunan yang menceriminkan budaya banda aceh tidak menjadi satu dengan bangunan simbolis bencana yang terjadi pada daerah tersbut, seharusnya pemerintah membangunkan kembali bangunan budaya aceh yang mungkin berada tidak jauh dengan museum tsunami aceh